Senin, 05 Agustus 2013

Tipologi Mahasiswa

TIPOLOGI MAHASISWA

Sebelum kita membahas mengenai tipologi mahasiswa, alangkah baiknya kita ketahui dulu apa sich itu mahasiswa dan apa makna dari tipologi itu sendiri.
  1. Menurut UU RI No. 20 tahun 2003, mahasiswa hanyalah sebutan akademis untuk siswa yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya.
  2. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.
  3. Menurut Knopfemacher (dalam Suwono, 1978) adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannyadengan perguruan tinggi ( yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan di harapkan menjadi calon-clon intelektual.
Setelah melihat definisi para tokoh tersebut, makan dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah sebutan bagi siswa yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertinggi dalam masa pembelajarannya yang dituntut untuk menjadi icon pembaharuan dan pelopor perjuangan yang respek terhadap isi-isu sosial serta permasalahn umat.
Sedangkan  pengertian dari tipologi itu sendiri adalah watak atau karakter.
Jadi Tipologi Mahasiswa adalah  watak atau karakter yang ada pada diri mahasiswa.
 Macam-macam Tipologi Mahasiswa :
  1. Fakultatif adalah sebutan bagi mahasiswa yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : hanya konsentarasi pada kuliah saja, bersifat kupu-kupu (kuliah - pulang - kuliah - pulang), tidak suka berorganisasi, kutu buku, cenderung dekat  dengan dosean, selalu mematuhi sistem perkuliahan yang berlaku dan tujuan akhir dia kuliah hanyalah untuk mencapai kelulusan tepat pada waktunya dengan nilai terbaik.
  2. Aktivis  adalah sebutan bagi mahasiswa yang lebih suka langsung pada praktisnya bukan hanya pada teori saja. Biasanya mahasiswa tipe ini suka mencari sensasi yang baru dan beda dari yang lain. Memang semua orang memandang mahasiswa tipe ini dengan pandangan yang selalu negatif, namun sebenarnya mahasiswa tipe lebih mengarah pada hal-hal yang positif.
  3. Hedonis adalah sebutan bagi mahasiswa yang  lebih mengutamakan pada kesenangan semata, namun dia tetap berjalan sesuai sistem yang ada.
 Semoga Bermanfaat......






Remaja Vs Masyarakat

Remaja Vs Mayarakat
“Remaja adalah biang kerok dari semua kekacauan dalam masyarakat”, inilah kata-kata yang sering masyarakat ucapkan ketika terjadi kekacauan dalam masyarakat. Masyarakat selalu saja menyalahkan remaja. Anggapan ini bisa muncul, karena masyarakat sering melihat kenakalan sebagian remaja disekitarnya, misalnya: remaja yang balap motor, bermain gitar sambil bernyanyi digang-gang sampai larut malam, mabuk-mabukkan , zina , main judi,adu ayam, dll. Namun dari pihak remaja sendiri, mereka tidak mau dikatakan bahwa semua tindakan mereka dikatakan suatu kenakalan remaja. Bahkan mereka beranggapan kalau tindakan mereka itu suatu tindakan yang wajar dan masyarakatlah yang terlalu “ndeso”.
Mayoritas masyarakat mengatakan bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh remaja merupakan kenakalan remaja, meskipun tindakan itu tidak melanggar hukum yang berlaku. Itulah anggapan masyarakat yang kurang tepat. Menurut Sarlito, Kenakalan remaja adalah perilaku yang menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hukum (Sarlito, 2011). Sekarang jelas bahwa remaja dapat dikatakan melakukan kenakalan, jika perilaku remaja tersebut melanggar hukum yang berlaku.
Kenakalan remaja seakan-akan merupakan kesalahan yang memang berasal tepat pada diri remaja itu sendiri. Padahal banyak faktor yang melatar belakangi seorang remaja melakukan kenakalan, diantaranya adalah faktor gen, faktor lingkungan dan faktor pendidikan. Untuk menjawab faktor mana yang paling bisa mendominasi kenakalan remaja, maka penulis mengadakan penelitian kepada 30 siswa Mts. Al Huda, Bandung, Tulungagung. Dari 30 siswa tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa 75%, mereka melakukan kenalan karena mereka biasa melihat remaja disekitar tempat tinggalnya melakukan perilaku yang menyimpang, sehingga timbul rasa ingin mencobanya dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Sedang 10% yang lain mengatakan bahwa dia melakukan kenakalan karena mewarisi sifat ayahnya yang dulu menjadi preman pasar, dan yang 15% mengatakan bahwa dia melakukan kenakalan karena punya pengalaman yang buruk ketika dia menjadi anak yang polos. Setelah melihat hasil penelitian tersebut, penulis mencoba menyimpulkan bahwa faktor yang paling mendominasi kenakalan remaja adalah faktor lingkungan.
Melihat fenomena sosial yang seperti ini hendaknya masyarakat mencari solusi untuk mengurangi kenakalan pada remaja, bukannya malah menyalahkan remaja. Disini penulis mencoba memaparkan solusi untuk menangani kenakalan remaja tersebut. Menurut Rogers (Adams & Gullota, 1983) ada lima macam ketentuan yang harus dipenuhi untuk membantu remaja menghindari perilaku penyimpangan pada remaja (kenakalan remaja), yaitu pertama kepercayaan. Tumbuhkan rasa percaya pada diri remaja, bahwa orang yang akan diajak cerita itu mampu menjaga rahasia. Kedua, kemurnian hati. Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau membantunya tanpa syarat. Ketiga kemampuan mengerti dan menghayati perasaan remaja. Keempat kejujuran. Remaja menginginkan penolong itu menyampaikan apa adanya, jika salah dikatakan salah dan jika benar dikatakan benar. Kelima mengutamakan persepsi remaja sendiri. Selain kelima hal tersebut, penulis menambahkan bahwa hal yang paling terpenting adalah hubungan kedekatan antara anak dan orang tua dan pengertian masyarakat akan fase perkembangan pada remaja.


KISAHKU : AKU TAKUT SUAMIKU TAMPAN

  *SINOPSIS KISAHKU* AKU TAKUT SUAMIKU TAMPAN Namaku adalah Arina. Aku terlahir menjadi anak kedua dari dua bersaudara. Dari ke...