Selasa, 05 September 2017

KISAHKU : AKU TAKUT SUAMIKU TAMPAN


 
*SINOPSIS KISAHKU*

AKU TAKUT SUAMIKU TAMPAN

Namaku adalah Arina. Aku terlahir menjadi anak kedua dari dua bersaudara. Dari kecil aku didik oleh kedua orang tuaku dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Hal ini aku dapatkan karena aku anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya. Aku merupakan anak yang tergolong cerdas. Ini terbukti dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi selalu mendapat predikat sangat baik, wajar saja banyak laki-laki yang tertarik kepadaku. Selain cerdas, aku juga tergolong perempuan yang cantik dan bisa dandan. Sebenarnya, sejak aku duduk dibangku SMA banyak sekali laki-laki yang tertarik kepadaku. Aku juga tidak tahu motif mereka suka terhadapku karena apa, yang paling penting aku sekolah dan belajar dengan baik. Setelah lulus dari SMA aku masuk di Perguruan Tinggi ternama di daerahku. Seperti layaknya mahasiswa baru, aku harus mengikuti masa orientasi terlebih dahulu. Pada saat itulah, aku mengenal seorang laki-laki yang bernama Syam. Syam adalah laki-laki yang sangat tampan, baik, sholih dan sangat tepat untuk menjadi seorang pemimpin dalam rumah tangga. Selain itu, dia adalah seorang model terkenal di kotaku.
Perkenalanku dengan Syam semakin hari semakin dekat. Akhirnya kami pun mulai menjalin hubungan. Hari-hari terlewati dengan sangat bahagia. Namun, kebahagian ini tidak berjalan lama, karena aku mulai mencintai orang lain yang tak lain adalah teman satu kelasku yang bernama Raihan. Raihan selalu memberikan apa yang aku butuhkan dan selalu ada disampingku. Kedekatanku dengan Raihan mulai diketahui oleh Syam. Tanpa fikir panjang Syam mengakhiri hubungan kami.
Kisah cinta yang aku jalin dengan Raihan pun tidak dapat berjalan lama, hanya dapat berjalan selama satu tahun. Raihan yang aku kenal dulu kini sudah berubah. Dia memiliki banyak perempuan yang dijanjikan untuk dinikahi, dia semakin tidak peduli denganku, dia sering membentak dan berkata kasar padaku. Akhirnya, aku memutuskan untuk menghakhiri hubungan yang menyiksa hati ini.
Setelah aku putus dengan Raihan, aku baru menyadari bahwa Syam adalah satu-satunya laki-laki yang sangat aku cintai. Aku berusaha untuk mencari kabar Syam dengan bertanya kepada teman-temannya. Usahaku pun sia-sia. Aku mendapatkan kabar dari Fahmi, seorang sahabat Syam. Fahmi bercerita padaku kalau Syam sekarang tengah bahagia dengan kekasih barunya yang bernama Ana. Hatiku hancur, tetesan air mata pun tak bisa aku bendung. Hari-hariku semakin terasa sunyi, jalani hidup tanpa tujuan yang pasti. Keadaan ini membuatku bertekad untuk membawa Syam kembali ke pelukanku lagi.
Setiap hari aku kirimkan pesan singkat kepada Syam untuk mengetahui kabarnya. Aku bawakan bekal makan siang untuknya. Setiap hari minggu aku luangkan waktu untuk menelponnya. Namun, perjuanganku ini tidak dapat berjalan lancar. Suatu hari, ketika aku mengirimkan pesan singkat kepada Syam, ternyata Ana yang membalas pesanku. Aku dicaci maki melalui pesan singkat itu. Keesokan harinya, aku didatangi oleh Ana. Aku mencoba meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Namun, aku malah mendapatkan caci maki darinya. Hatiku rasanya sakit menerimanya, tetapi aku tetap bersabar menjalaninya. Semua aku lakukan untuk mendapatkan cinta Syam kembali.
Suatu hari, ketika jam istirahat tiba aku makan dikantin. Pada saat inilah aku mendengar kabar dari Fahmi bahwa hubungan Syam dengan Ana telah berakhir. Hubungan mereka berakhir karena Ana telah mencintai orang lain. Setelah mendengar kabar itu, aku segera menghubungi Syam untuk mengajaknya pergi ke sebuah cafe ternama di kotaku. Syam pun menerima ajakanku. Berawal dari inilah, aku dan Syam mulai menjalin persahabatan.
Persahabatan yang kami jalani membuat hubungan kami semakin dekat. Hubungan kami semakin serius setelah kami lulus dan Syam telah diterima menjadi Dosen di salah satu Perguruan Tinggi Negeri. Saat yang aku tunggu-tunggu pun tiba, Syam dan kelurganya datang kerumahku untuk pertunangan kami. Tak lama dari hari pertunangan itu, kami pun menikah. Pernikahan kami membuat aku semakin mencintai Syam, suamiku. Aku selalu berusaha menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh suamiku.
Rasa cintaku yang begitu besar kepada suamiku membuat aku menjadi posesif kepadanya. Setiap pagi sebelum suamiku pergi kerja, aku selalu berpesan untuk selalu mengingatku dan melarangnya untuk berteman dengan perempuan. Setiap satu jam sekali, aku selalu menelpon suamiku. Ketika jam makan siang, aku selalu menemuinya untuk membawakan makan siang. Sesampai dirumah dari tempat kerjanya, aku selalu meminta handphone milik suamiku untuk aku lihat pesan dan telephon yang dia lakukan seharian ini. Ketika aku tahu suamiku melakukan komunikasi dengan perempuan, maka perempuan itu segera aku datangi dan aku caci maki. Kegiatan itu menjadi rutinitasku untuk menjaga suamiku yang tampan.
Suatu ketika keuangan keluarga kami mengalami penurunan, karena gaji suamiku tidak mencukupi untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Keadaan ini mengharuskan suamiku kembali ke dunia model. Akhirnya dia pun menerima beberapa tawaran untuk menjadi model iklan suatu produk ternama. Aku menyetujui keputusan suamiku dengan syarat aku harus boleh mengikuti seluruh sesi pemotretan suamiku. Suamiku pun menyetujui hal tersebut. Semenjak saat itu, suamiku kembali menjadi bintang model. Dia memiliki penggemar perempuan-perempuan cantik. Aku merasa sangat ketakutan dengan keadaan ini. Aku takut suamiku akan menyukai perempuan lain. Aku selalu mengikuti kemana pun suamiku pergi, aku yang menentukan apa yang boleh dan yang tidak suamiku lakukan.
Pada suatu ketika, suamiku harus menjalani sesi pemotretan bersama dengan seorang model cantik. Melihat hal tersebut, aku terbakar api cemburu. Aku melarang suamiku untuk melanjutkan sesi pemotretan tersebut. Suamiku pun menyetujui permintaanku, karena dia tahu kalau aku sangat mencintainya dan takut kehilangannya. Kejadian ini selalu terjadi tiap kali ada sesi pemotretan bersama dengan model cantik. Hal ini mengakibatkan suamiku tidak mendapatkan tawaran untuk menjadi model lagi.
Pertengkaran hebat antara aku dan suamiku tidak dapat terelakkan. Suamiku merasa sudah jenuh, bosan dan sangat marah dengan kelakukanku selama ini. Dia merasa aku tidak percaya dengan cintanya kepadaku. Ternyata suamiku selama ini juga memendam rasa benci dengan sikapku seperti itu. Dia sering mendapatkan ejekkan dari rekan-rekannya, akibat dari sikapku yang posesif kepadanya. Bahkan dia mendapatkan julukkan “STI (Suami Takut Istri)”.
Sekarang dia sudah mulai berubah. Dia tidak mau lagi untuk aku ikuti kemana pun dia pergi, dia tidak mengangkat telephonku, dia tidak mau membalas pesanku. Bahkan dia sering pulang kerja larut malam dan sering aku lihat dia berfoto dengan perempuan. Rumah tangga kami semakin hari semakin berada pada ambang perceraian. Pertengkaran selalu terjadi tiap kali aku bertanya tentang sikapnya yang berubah. Dia selalu menyalahkan aku. Aku tidak sanggup lagi mengahadapi perubahan suamiku. Akhirnya aku putuskan untuk pulang kerumah orang tuaku dan bekerja disana.
Dirumah orang tuaku, aku menjalani kehidupan dibawah tekanan. Walaupun aku dapat berkumpul dengan saudara-saudara dan kedua orang tuaku. Namun, kebahagian itu terasa tidak lengkap tanpa hadirnya suami yang sangat aku cintai. Kedua orangtuaku menyuruhku untuk kembali kerumah suamiku dan meminta maaf, agar kami bisa memperbaiki rumah tangga yang sudah berada diambang kehancuran. Aku juga mendapat berbagai nasehat dari guru mengajiku bahwa suamiku bukan laki-laki yang gila perempuan. Guru mengajiku sangat tahu akan perilaku dari suamiku sejak masih muda. Dia selalu berbakti kepada orangtua dan suka membantu sesama. Nasehat-nasehat ini menyadarkanku bahwa selama ini aku salah besar, aku selalu kurang percaya kepada suamiku karena dia terlalu tampan dan aku takut dia meninggalkanku.
Setelah beberapa bulan, aku pun memutuskan kembali kerumah suamiku. Aku kembali untuk meminta maaf atas semua perbuatanku selama ini. Aku berharap dapat memperbaiki rumah tanggaku bersama suamiku. Suamiku menerima kedatanganku dengan baik. Dia bersedia memaafkan semua kesalahanku padanya. Dengan penuh harapan, aku memiliki keyakinan bahwa suamiku bersedia memperbaiki rumah tangga kami.
Waktu makan malam telah tiba. Aku sudah memasak makanan kesukaan suamiku. Aku berharap suamiku memuji masakanku. Tak berapa lama, suamiku datang dan duduk di dekatku. Dia mengenggam tanganku dan mengatakan bahwa dia sudah memaafkan aku. Dia masih sangat mencintaiku. Mendengar kata-kata tersebut, tangis bahagia mulai terasa membasahi pipiku. Suamiku juga membeli sebuah rumah baru untuk tempat tinggalku bersamanya. Aku merasa bahagia dan aku pun memeluk suamiku dengan penuh penyesalan dan deraian air mata. Mulai saat itu, aku berjanji pada suamiku dan diriku sendiri, jika aku akan selalu percaya pada cinta, ketulusan dan kasih sayang suamiku.
Setelah beberapa bulan tinggal bersama dengan suamiku, aku positif hamil. Hal ini menjadikan rumah tangga kami semakin harmonis dan sangat romatis, suamiku sangat cinta kepadaku. Terkadang aku tetap memiliki rasa was-was akan kehilangan suamiku. Namun,  aku selalu berusaha membuang perasaan itu. Aku menyadari bahwa ketampanan yang dimiliki oleh suamiku adalah anugrah Tuhan yang telah diberikan padaku. Aku harus menjaga anugrah itu, agar tetap menjadi milikku.


----SELESAI----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISAHKU : AKU TAKUT SUAMIKU TAMPAN

  *SINOPSIS KISAHKU* AKU TAKUT SUAMIKU TAMPAN Namaku adalah Arina. Aku terlahir menjadi anak kedua dari dua bersaudara. Dari ke...