Minggu, 23 Juli 2017

Garam Menjadi Barang Langka




 CERITA MAN, MIN, MUN
Episode 3 *GARAM MENJADI BARANG LANGKA*

Seperti hari-hari biasanya, setiap siang hari Mun menemani ibunya berjualan telur asin di pasar. Namun, keadaannya kali ini berbeda. Suasana pasar sangat ramai dengan orang-orang yang mencari garam untuk bumbu dapur. Hal serupa juga dilakukan oleh Min dan Man.
Min      : ”Assalamu’alaikum, Mun”.
Mun     : “Wa’alaikum salam, Min. Ada apa kalian pergi ke pasar?”.
Man     : “Saya disuruh ibu membeli garam, Mun”.
Min      : “Saya juga, Mun. Warung-warung disekitar rumah sudah tidak mempunyai stok garam
lagi. Kata penjualnya sejak setelah lebaran kemarin distributor garam belum juga datang”.
Mun     : “Gara-gara distributornya tidak kunjung datang sekarang harga garam sangat mahal. Harga
garam halus berlabel segitiga biru dulunya hanya Rp. 1.000 sekarang Rp. 2.500 itu pun hanya beberapa toko yang memiliki stok. Sedangkan garam kasar sekarang sudah tidak beredar dipasaran. Apabila hal ini terus berlanjut akan membuat masyarakat resah. Terutama warga yang bermata pencaharian dengan mengolah garam menjadi makanan yang akan dijual. Seperti: es puter, telur asin, dll”.
Min      : “Iya, Mun. Kelangkaan garam ini sudah terjadi di berbagai pasar yang ada di Jawa Timur.
       Seperti: Tulungagung, Blitar, Jombang dan sekitanya.
Man     : “Wach....bahaya ini. Bisa-bisa masakan ibuku tidak senikmat kemarin”.
Min      : “Dasar tukang makan. Mun, bukannya garam itu dibuat dari air laut yang diproses dengan
       bantuan panas matahari?”.
Mun     : “Iya, Min. Kamu benar. Cara tradisional pembuatan garam dengan cara menampung air
laut dalam kolam besar seperti tambak ikan, lalu air laut itu dijemur dibawah terik matahari hingga menjadi butiran-butiran halus. Sedangkan dengan cara modern pembuatan garam dilakukan dengan bantuan mesin”.
Man     : “Lalu bukannya air laut saat ini masih banyak, Mun?. Kok garam bisa mengalami
       kelangkaan?”.
Mun     : “Iya, kalau air laut memang masih sangat bayak, Man. Namun, sampai saat ini belum
diketahui penyebab dari kelangkaan garam dipasar. Perlu diketahui, bahwa perjalanan garam hingga sampai tangan konsumen seperti kita ini, melewati banyak tangan manusia”.
Min      : “Apa mungkin terjadi penimbunan garam yang lakukan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab? Atau mungkin garam-garam itu diekspor keluar negeri untuk menambah anggaran negara?”.
Man     : “Atau juga akibat dari para petani garam yang masih libur lebaran lalu ditambah lagi akses
       distribusi garam mengalami kemacetan?”
Mun     : ”Banyak kemungkinan yang terjadi. Kita tidak boleh berargumen tanpa adanya bukti yang
       kuat”.
Man     : “Dengar itu, Min. Kita tidak boleh berargumen tanpa kita tahu masalah yang
       sesungguhnya”.
Min      : “Iya, Man. Saya juga sudah mendengar. Sekarang apa yang bisa kita lakukan, Mun?”.
Mun     : “Kita harus mencari tahu kronologi dari masalah ini dulu”.
Man     : “Ayo Berangkat”.
Mereka bertiga bergegas untuk memulai berpetualang.
                                                                                                                              
Bersambung....
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISAHKU : AKU TAKUT SUAMIKU TAMPAN

  *SINOPSIS KISAHKU* AKU TAKUT SUAMIKU TAMPAN Namaku adalah Arina. Aku terlahir menjadi anak kedua dari dua bersaudara. Dari ke...