CERITA MAN, MIN, MUN
Episode 3 *GARAM MENJADI BARANG
LANGKA*
Seperti hari-hari
biasanya, setiap siang hari Mun menemani ibunya berjualan telur asin di pasar.
Namun, keadaannya kali ini berbeda. Suasana pasar sangat ramai dengan orang-orang
yang mencari garam untuk bumbu dapur. Hal serupa juga dilakukan oleh Min dan
Man.
Min :
”Assalamu’alaikum, Mun”.
Mun : “Wa’alaikum
salam, Min. Ada apa kalian pergi ke pasar?”.
Man : “Saya disuruh
ibu membeli garam, Mun”.
Min : “Saya juga,
Mun. Warung-warung disekitar rumah sudah tidak mempunyai stok garam
lagi. Kata
penjualnya sejak setelah lebaran kemarin distributor garam belum juga datang”.
Mun : “Gara-gara
distributornya tidak kunjung datang sekarang harga garam sangat mahal. Harga
garam halus
berlabel segitiga biru dulunya hanya Rp. 1.000 sekarang Rp. 2.500 itu pun hanya
beberapa toko yang memiliki stok. Sedangkan garam kasar sekarang sudah tidak
beredar dipasaran. Apabila hal ini terus berlanjut akan membuat masyarakat
resah. Terutama warga yang bermata pencaharian dengan mengolah garam menjadi
makanan yang akan dijual. Seperti: es puter, telur asin, dll”.
Min : “Iya, Mun.
Kelangkaan garam ini sudah terjadi di berbagai pasar yang ada di Jawa Timur.
Seperti: Tulungagung, Blitar,
Jombang dan sekitanya.
Man :
“Wach....bahaya ini. Bisa-bisa masakan ibuku tidak senikmat kemarin”.
Min : “Dasar
tukang makan. Mun, bukannya garam itu dibuat dari air laut yang diproses dengan
bantuan panas matahari?”.
Mun : “Iya, Min.
Kamu benar. Cara tradisional pembuatan garam dengan cara menampung air
laut dalam kolam
besar seperti tambak ikan, lalu air laut itu dijemur dibawah terik matahari
hingga menjadi butiran-butiran halus. Sedangkan dengan cara modern pembuatan
garam dilakukan dengan bantuan mesin”.
Man : “Lalu
bukannya air laut saat ini masih banyak, Mun?. Kok garam bisa mengalami
kelangkaan?”.
Mun : “Iya, kalau
air laut memang masih sangat bayak, Man. Namun, sampai saat ini belum
diketahui
penyebab dari kelangkaan garam dipasar. Perlu diketahui, bahwa perjalanan garam
hingga sampai tangan konsumen seperti kita ini, melewati banyak tangan
manusia”.
Min : “Apa mungkin
terjadi penimbunan garam yang lakukan oleh oknum yang tidak
bertanggung
jawab? Atau mungkin garam-garam itu diekspor keluar negeri untuk menambah
anggaran negara?”.
Man : “Atau juga
akibat dari para petani garam yang masih libur lebaran lalu ditambah lagi akses
distribusi garam mengalami
kemacetan?”
Mun : ”Banyak
kemungkinan yang terjadi. Kita tidak boleh berargumen tanpa adanya bukti yang
kuat”.
Man : “Dengar itu,
Min. Kita tidak boleh berargumen tanpa kita tahu masalah yang
sesungguhnya”.
Min : “Iya, Man.
Saya juga sudah mendengar. Sekarang apa yang bisa kita lakukan, Mun?”.
Mun : “Kita harus
mencari tahu kronologi dari masalah ini dulu”.
Man : “Ayo
Berangkat”.
Mereka bertiga bergegas untuk
memulai berpetualang.
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar